Selasa, 06 Desember 2016

SAAT MALAIKAT TURUN KETIKA AKSI 212

Oleh: KH Hafidz Abdurrahman_

Berbagai keajaiban seputar Aksi 212 terus Allah SWT tunjukkan. Tak henti kita membicarakan, dan tak henti pula keajaiban demi keajaiban itu terurai. Kemarin, saat mengisi Taushiyah Maulid Nabi Muhammad saw. di Malang, KH Hasyim Muzadi, menuturkan, bahwa para malaikat telah diturunkan oleh Allah di Aksi 212 di Monas kemarin. Beliau menuturkan, *“Bagaimana tidak, minta teduh, teduh. Minta hujan, hujan turun. Tujuh juta lebih berkumpul dan bubar tanpa musibah. Jam 04 sore, Monas bersih kembali, seperti semula.”*

Hal senada, kemarin diungkapkan oleh Habib Rizzieq Shihab, saat Evaluasi Aksi Bela Islam III. Berbagai keajaiban Allah tunjukkan. *Betapa tidak, upaya penghadangan dan penggembosan dilakukan di mana-mana, tetapi tetap tidak bisa menyurutkan langkah peserta aksi. Bahkan, menurut beliau, ada tentara yang menangis, karena ingin bersama umat, tetapi dia harus tunduk, karena tekanan atasannya. Banyak peristiwa yang tidak bisa dinalar dengan nalar manusia, tetapi semuanya berjalan dengan izin dan pertolongan Allah. Karena itu, beliau mengingatkan, agar jumlah yang besar ini tidak lantas membuat kita sombong.*


Penuturan lain, peristiwa yang luar biasa juga diungkap oleh Republika Online. Mengutip tulisan Arik S. Wartono, kesaksian munculnya semerbak bau harum saat hujan turun jamaah shalat Jum’at di Monas.

********

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Postingan sebuah kesaksian seorang yang bernama Arik S Wartono soal munculnya harum semerbak yang tercium aksi super damai Bela Islam III atau aksi 212, Jumat (2/12), lalu, telah menyebar di media sosial. Postingan yang diberi judul *'SEMERBAK HARUM SAAT HUJAN TURUN JAMAAH SHOLAT JUM'AT MONAS*, kesaksian Arik S. Wartono' itu menceritakan bagaimana harum itu muncul saat hujan mengguyur massa aksi.

Berikut isi lengkap kesaksian Arik S Wartono:

Aku datang longmarch bersama tak kurang 3.000 (tiga ribu) jamaah dari kawasan Harmony, memasuki kawasan Monas melalui arah barat Patung Kuda Bundaran HI. Mendapat info bahwa Monas sudah penuh. Tapi aku butuh membuat liputan kebenarannya.

Maka aku memotret dan membuat video di bundaran HI sebentar, kemudian menerobos masuk mendekati panggung utama orasi di Monas, yang sekaligus lokasi panggung imam jamaah Shalat Jumat.

Langkahku terhenti sekitar 25 meter dari panggung orasi, sebab lautan umat sudah mustahil aku belah lagi untuk lebih dekat. Dari titik itulah aku membuat liputan kesaksianku, sambil menggelar sajadah.
Selama tak kurang tiga jam berdiam di titik Barat Monas, tepat kiri imam yang sekaligus lokasi panggung utama orasi, cuaca tak sedetikpun panas. Matahari muncul sedikit tanpa membakar terik, selebihnya mendung.

Drone terus beterbangan di atasku, hellykopter mengelilingi Monas dalam hawa sejuk angin semilir. Saat aku memejamkan mata sambil bersila di atas sajadahku sambil mendengarkan orasi Aa Gym, aku bahkan merasa sauasananya seperti sedang di pinggir pantai, adem-semilir. Padahal kabarnya ini aksi demonstrasi.

Setelah orasi beberapa tokoh, tiba saatnya Muadzin mengumandangkan adzan sebagai tanda dimulainya ibadah Jumat yang merupakan kewajiban bagi setiap muslim lelaki akil balikh. Saat itulah hujan mulai turun, seolah Allah sengaja mengirim air wudhu untuk kami semua 7,4 juta jamaah.

Untuk orang sebanyak itu, coba pikir berapa ton kubik air yang dibutuhkan untuk berwudhu sekalipun dalam situasi paling darurat? Allah memahami kebutuhan kami, maka diturunkannya hujan yang tidak deras untuk kami berwudhu. Masya Allah, jamaah pun diliputi rasa syukur dan haru.

Sekitar 5 menit hujan turun, indra penciumanku mengindera bau semerbak harum. Aku berpikir sejenak, bau parfum siapakah ini yang sanggup semerbak dalam guyuran hujan?

Bukankah kami berkumpul 7,4 juta orang? Mestinya kan pengab bau keringat di bawah hujan? Normalnya kan bau apag (tak sedap) pakaian kotor berkeringat yang terbasahi air? Tapi ini malah bau harum semerbak.

Aku coba berpikir lain: apakah ada yang sedang membakar dupa? Ah mana mungkin ada dupa di bawah guyuran hujan? Lagipula ini bukan bau dupa, dan mana mungkin ada jamaah shalat jumat yang membakar dupa?

Aku coba berpikir lain, dan harum semakin semerbak, lebih dari 5 menit sudah harum ini. Apakah ada seseorang yang menyemprotkan parfum mahal dalam jumlah besar? Aku lihat sekeliling, nihil. Di sisi kiri belakangku sekitar 50 meter memang ada mobil tangki, tapi jelas bertuliskan Air Minum (untuk Wudhu).

Harum semerbak bahkan kian jelas. Maka aku coba bertanya pada orang-orang di sekelilingku dengan suara lumayan keras, sebab memang belum Adzan kedua sebagai tanda dimulainya khutbah Jumat:

_"Bapak-bapak dan Abang di sini semua apakah mencium bau harum yang kuat?"_

semua menjawab

_"Ya, benar. Bau harum, wangi."_

Aku lihat tadi ada seorang bapak usia 50an yang batuk saat hujan mulai turun. Mungkin bapak ini sedang pilek. Aku langsung tanya:

_"Apakah bapak juga mencium bau harum?"_

beliau tegas menjawab: _"Ya, benar bau harum !"_

Aku bertanya sekali lagi dengan suara lebih keras pada semua jamaah di sekelilingku:

_"Apakah semua yang di sini mencium bau harum yang kuat?"_

Semua serempak menjawab

_"Ya"_, sambil mengangguk.

Sampai aku mengulagi 3 kali pertanyaanku pada jamaah, jawabnya pun sama: _YA._

Aku melanjutkan pertanyaan:

_"Parfum apakah yang bisa berbau harum di tengah guyuran hujan begini?"_

Kebetulan saat itu hujan mulai sedikit deras, bersamaan dengan pertanyaanku. Tidak ada jawaban.
Akun lanjutkan:

_"Adakah di sekitar sini tanaman yang sedang berbunga, yang bapak dan abang semua kenali dengan bau harum begini?"_ Semua menggeleng, kembali tak ada jawaban.

Aku lanjutkan lagi:

_"Lalu bau harum apa ini, yang kita semua bisa merasakannya dalam guyuran hujan begini?"_ Kali ini pertaanku melemah, bahkan sedikit tersekat.

Dan beberpa jamaah aku lihat mulai berubah raut mukanya, mereka mulai berlinang air mata. Tiba-tiba saja kami para lelaki telah menangis di bawah hujan.

_"Masya Allah... Subhanallah.. apakah Kau sedang mengutus malaikatmu untuk kami ya Allah, dengan hujan ini?"_ Seorang bapak berwajah keturunan Arab (tampaknya seorang ustsdz, atau mungkin habib) spontan hampir berteriak sambi menangis.

Kami semua pun kian berlinang, tak kurang 100 orang saat itu di dekatku yang memberi kesaksian tentang fenomena alam yang tak biasa ini.

Muadzin pun mengumandangkan adzan kedua, Habib Rieziq mulai berkhutbah sebagai khatib shalat Jumat, dan bau harum tak tercium lagi, hujan terus merintik. Kami tetap khitmad menyimak khutbah Jumat yang menggetarkan.

Dan aku menjadi saksi di antara 7,4 juta jamaah. Itu jamaah shalat Jumat terbesar yang pernah aku ikuti seumur hidup, di bawah guyuran hujan. Allahuakbar.

Jakarta, 2 Desember 2016
Penelusuran Republika.co.id, Arik S Wartono adalah pemilik sanggar seni lukis bernama ‘Daun’.

****

Peristiwa-peristiwa ini, seperti kata KH Hasyim, mengingatkan kita, akan Kemahakuasaan Allah, yang Allah tunjukkan saat Perang Badar yang terjadi 14 abad silam, tepatnya 17 Ramadhan 2 H. Ketika Allah menurunkan 3000 s/d 5000 malaikat-Nya untuk membantu pasukan kaum Muslim. Di malam perang Badar itu, sepanjang malam Nabi saw. shalat dan menangis kepada Rabb-nya.

Bahkan, doa Nabi saw. yang sangat terkenal saat Perang Badar itu seolah menjadi senjata pamungkasnya, *“Ya Rabb, andai saja kelompok [yang hanya sedikit] ini kalah, maka setelah ini Engkau tak akan disembah lagi..”* Doa yang diucapkan oleh lisan suci nan mulia itu dilantunkan dengan nada bergetar, terbata-bata, dengan linangan air mata, terus dan terus mengetuk pintu Rabb-nya sepanjang malam.

Allah pun malu, jika tak mengabulkan doa hamba-Nya, terlebih yang meminta adalah kekasih-Nya, Muhammad saw. Mereka yang berkumpul saat Aksi 212 itu juga para kekasih-Nya. Maka, 7,4 juta manusia yang Dia banggakan itu pun mengetuk pintu-Nya, terus dan terus tanpa kenal putus asa. Mereka berharap Allah menurunkan pertolongan dan keputusan-Nya.

Begitulah, dan tanda-tanda itu pun Allah tunjukkan kepada hamba-Nya. Kita bersyukur, karena kita menjadi saksi peristiwa luar biasa itu. Kita bersyukur karena iman dan hati kita bersama mereka..

Biarlah mereka yang tidak man dan hatinya tidak bersama para kekasih-Nya. Biarlah mereka terus mencaci dan mencemoohnya, karena sesungguhnya di mata Allah, mereka bukan siapa-siapa..