Untuk bidang : Kesehatan, Pertanian, Hidrologi, Industri
Produksi Radioisotop
Kunjungi juga : http://mymasdep.blogspot.com/
Radioisotop yang sering digunakan dalam berbagai bidang kebutuhan manusia seperti bidang
kesehatan, pertanian, hidrologi dan industri, pada umumnya tidak terdapat di alam, karena
kebanyakan umur paronya relatif pendek. Radioisotop dibuat di dalam suatu reaktor nuklir yang mempunyai kerapatan (fluks) neutron tinggi dengan mereaksikan antara inti atom tertentu dengan neutron. Selain itu, radioisotop dapat juga diproduksi menggunakan akselerator melalui proses reaksi antara inti atom tertentu dengan suatu partikel, misalnya alpha, neutron, proton atau partikel lainnya.
kesehatan, pertanian, hidrologi dan industri, pada umumnya tidak terdapat di alam, karena
kebanyakan umur paronya relatif pendek. Radioisotop dibuat di dalam suatu reaktor nuklir yang mempunyai kerapatan (fluks) neutron tinggi dengan mereaksikan antara inti atom tertentu dengan neutron. Selain itu, radioisotop dapat juga diproduksi menggunakan akselerator melalui proses reaksi antara inti atom tertentu dengan suatu partikel, misalnya alpha, neutron, proton atau partikel lainnya.
Penggunaan Radioisotop
Bidang KesehatanRadioisotop dapat digunakan untuk radioterapi, seperti larutan iodium-131 (Na131l) untuk terapi
kelainan tiroid dan fosfor-32 (Na2H32PO4) yang merupakan radioisotop andalan dalam terapi
polisitemia vera dan leukemia. Selain, itu radioisotop juga dapat digunakan untuk radiodiagnosis seperti teknesium-99m (Na99mTcO4) untuk diagnosis fungsi dan anatomis organ tubuh, sedangkan studi sirkulasi dan kehilangan darah dapat dilakukan dengan radioisotop krom-51 (Na2 51CrO4).
kelainan tiroid dan fosfor-32 (Na2H32PO4) yang merupakan radioisotop andalan dalam terapi
polisitemia vera dan leukemia. Selain, itu radioisotop juga dapat digunakan untuk radiodiagnosis seperti teknesium-99m (Na99mTcO4) untuk diagnosis fungsi dan anatomis organ tubuh, sedangkan studi sirkulasi dan kehilangan darah dapat dilakukan dengan radioisotop krom-51 (Na2 51CrO4).
Bidang Pertanian
Radioisotop yang digunakan sebagai perunut dalam penelitian efisiensi pemupukan tanaman
adalah fosfor-32 (32P). Teknik perunut dengan radioisotop akan memberikan cara pemupukan yang tepat dan hemat.
Radioisotop yang digunakan sebagai perunut dalam penelitian efisiensi pemupukan tanaman
adalah fosfor-32 (32P). Teknik perunut dengan radioisotop akan memberikan cara pemupukan yang tepat dan hemat.
Bidang hidrologiNatrium-24 (24P) merupakan radioisotop yang sering digunakan untuk mengukur kecepatan
laju dan debit air sungai, air dalam tanah dan rembesan. Kebocoran dam serta pipa penyalur yang terbenam dalam tanah dapat dideteksi menggunakan radioisotop iodium-131 dalam bentuk senyawa CH3131l, sedangkan lokasi dumping, asal/pola aliran sedimen dan laju pengendapan dapat diukur menggunakan krom-51 dan brom-82 masing-masing dalam bentuk senyawa K251Cr2P7 dan K82Br.
laju dan debit air sungai, air dalam tanah dan rembesan. Kebocoran dam serta pipa penyalur yang terbenam dalam tanah dapat dideteksi menggunakan radioisotop iodium-131 dalam bentuk senyawa CH3131l, sedangkan lokasi dumping, asal/pola aliran sedimen dan laju pengendapan dapat diukur menggunakan krom-51 dan brom-82 masing-masing dalam bentuk senyawa K251Cr2P7 dan K82Br.
Bidang Industri
Teknik radiografi merupakan teknik yang sering dipakai terutama pada tahap-tahap konstruksi. Pada sektor industri minyak bumi, teknik ini digunakan dalam pengujian kualitas las pada waktu pemasangan pipa minyak/gas serta instalasi kilang minyak. Selain bagianbagian konstruksi besi yang dianggap kritis, teknik ini digunakan juga pada uji kualitas las dari ketel uap tekanan tinggi serta uji terhadap kekerasan dan keretakan pada konstruksi beton. Radioisotop yang sering digunakan adalah kobal-60 (60Co). Dalam bidang industri, radioisotop digunakan juga sebagai perunut misalnya untuk menguji kebocoran cairan/gas dalam pipa serta membersihkan pipa, yang dapat dilakukan dengan menggunakan radioisotop iodoum-131 dalam bentuk senyawa CH3131l. Radioisotop seng-65 (65Zn) dan fosfor-32 merupakan perunut yang sering digunakan dalam penentuan efisiensi proses industri, yang meliputi pengujian homogenitas pencampuran serta residence time distribution (RTD). Sedangkan untuk kalibrasi alat misalnya flow meter, menentukan volume bejana tak beraturan serta pengukuran tebal material, rapat jenis dan penangkal petir dapat digunakan radioisotop kobal-60, amerisium-241 (241Am) dan cesium-137(137Cs).
Teknik radiografi merupakan teknik yang sering dipakai terutama pada tahap-tahap konstruksi. Pada sektor industri minyak bumi, teknik ini digunakan dalam pengujian kualitas las pada waktu pemasangan pipa minyak/gas serta instalasi kilang minyak. Selain bagianbagian konstruksi besi yang dianggap kritis, teknik ini digunakan juga pada uji kualitas las dari ketel uap tekanan tinggi serta uji terhadap kekerasan dan keretakan pada konstruksi beton. Radioisotop yang sering digunakan adalah kobal-60 (60Co). Dalam bidang industri, radioisotop digunakan juga sebagai perunut misalnya untuk menguji kebocoran cairan/gas dalam pipa serta membersihkan pipa, yang dapat dilakukan dengan menggunakan radioisotop iodoum-131 dalam bentuk senyawa CH3131l. Radioisotop seng-65 (65Zn) dan fosfor-32 merupakan perunut yang sering digunakan dalam penentuan efisiensi proses industri, yang meliputi pengujian homogenitas pencampuran serta residence time distribution (RTD). Sedangkan untuk kalibrasi alat misalnya flow meter, menentukan volume bejana tak beraturan serta pengukuran tebal material, rapat jenis dan penangkal petir dapat digunakan radioisotop kobal-60, amerisium-241 (241Am) dan cesium-137(137Cs).
Kanker dengan Radioisotop
Penyakit
kanker, penyakit yang digolongkan ke dalam penyakit degeneratif ini
telah menempati papan atas penyebab kematian di berbagai negara,
utamanya di negara negara maju yang telah berhasil mengatasi penyakit
yang disebabkan oleh infeksi kuman.
Berbagai
upaya telah dilakukan untuk mengatasi penyakit karena pertumbuhan sel
tidak terkendali ini. Di negara negara maju, dana dalam jumlah besar
telah digelontorkan untuk membiayai riset yang berkaitan dengan
pendeteksian, pengobatan, serta mekanis. Kemunculan dan pertumbuhan
kanker. Di Jepang, misalnya, beberapa pusat penanganan kanker (gan
senta) telah didirikan. Institusi ini mendedikasikan dirinya dalam
riset dan pengembangan yang berkaitan dengan momok umat manusia ini.
Di
dunia penanganan kanker, radioisotop telah memainkan peran yang besar.
Kiprah radioisotop tersebut terlihat semakin besar dari hari ke hari
karena potensi yang disimpannya. Radioisotop memendam kemampuan untuk
memburu dan bahkan membunuh kanker secara efektif pada tahap yang
paling dini ketika kanker masih berupa benih, yaitu saat metabolisme
sel kanker mulai terjadi.
Beberapa
hasil pengembangan teknologi di bidang ini mulai dipasarkan dan
memberikan kontribusi secara nyata. Beberapa saat yang lalu sebuah
rumah sakit di Singapura menawarkan berbagai jasa kesehatan, di
antaranya jasa deteksi dini kanker menggunakan PET (positron emission
tomography) yang dikombinasikan dengan CT (computed tomography).
PET
merupakan salah satu hasil di garis depan pengembangan radioisotop
untuk dunia kedokteran. PET adalah metode visualisasi fungsi tubuh
menggunakan radioisotop pemancar positron. Oleh karena itu,
citra (image) yang diperoleh adalah citra yang menggambarkan fungsi
organ tubuh. Kelainan dan ketidaknormalan fungsi atau metabolisme di
dalam tubuh dapat diketahui dengan metode pencitraan (imaging) ini. Hal
ini berbeda dengan metode visualisasi tubuh yang lain, seperti MRI
(magnetic resonance imaging) dan CT (computed tomography). MRI dan CT
scans adalah visualisasi anatomi tubuh yang menggambarkan bentuk organ
tubuh. Dengan kedua metode ini, yang terdeteksi adalah kelainan dan ketidaknormalan bentuk organ
Berbagai
kelainan metabolisme di dalam tubuh, termasuk di dalamnya adalah adanya
metabolisme sel kanker, dapat diketahui dengan cepat melalui PET. Salah
satu bentuk perbedaan sel kanker dengan sel normal di sekelingnya
adalah pada bentuk metabolisme glukosa. Sel kanker mengonsumsi glukosa
dalam jumlah yang lebih besar dari sel di sekelilingnya. Secara
umum, kecepatan pertumbuhan sel kanker yang mencerminkan tingkat
keganasannya sebanding dengan tingkat konsumsi glukosa. Bentuk
metabolisme glukosa di dalam tubuh ini dapat dideteksi menggunakan
bahan radiofarmaka 18FDG (18 F-2-fluoro-2-deoxy-D-glucose). Keberadaan
radioisotop fluor-18 yang ada di dalam senyawa tersebut dapat dideteksi
dengan mudah dari luar tubuh melalui radiasi yang dipancarkannya.
Dengan
meletakkan detektor radiasi di luar tubuh, image reconstruction
terhadap sebaran fluor-18 di dalam tubuh dapat dilakukan dengan
mengolah sinyal-sinyal yang ditangkap oleh detektor detektor tersebut.
Sebaran fluor-18 di dalam tubuh ini menunjukkan pola metabolisme
glukosa di berbagai bagian tubuh.
Konsumsi
glukosa yang berlebihan di suatu tempat mengindikasikan adanya
metabolisme sel kanker di tempat tersebut. Inilah yang dinamakan
menemukan kanker dalam bentuk benih. Meskipun secara bentuk fisik belum
ditemukan atau belum terdeteksi, keberadaan kanker telah diketahui
ketika metabolisme sel kanker telah terjadi. Kemampuan radioisotop
memburu kanker pada stadium ini belum dapat ditandingi oleh metode
lain. Penemuan adanya sel kanker pada stadium sangat dini ini akan
memudahkan penanganan selanjutnya.
PET
dapat pula digunakan pula untuk menganalisis hasil penanganan kanker
yang telah dilakukan. Setelah operasi pengangkatan kanker melalui
operasi, misalnya, perlu dilakukan pemeriksaan apakah masih ada benih
benih kanker yang tersisa. Untuk keperluan ini, PET merupakan metode
yang paling tepat karena pada kondisi ini keberadaan kanker sulit
dilihat secara fisik.
Yang
diperlukan adalah melihat keberadaan metabolisme sel kanker. Selain
itu, PET dapat pula digunakan untuk melihat kemajuan pengobatan kanker
baik dengan chemotherapy maupun radiotherapy. Kemajuan hasil pengobatan
kanker dapat diketahui dari perubahan metabolisme di samping perubahan
secara fisik. Untuk keperluan ini, kombinasi PET dan CT memberikan
informasi yang sangat berharga untuk menentukan tingkat efektivitas
pengobatan yang telah dilakukan.
Perangkat
PET secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian
produksi fluor-18, bagian sintesa 18FDG, dan bagian kamera PET.
Penggunaan PET diawali dengan proses produksi radioisotop fluor-18.
Radioisotop fluor-18 diproduksi dari isotop oksigen-18 menggunakan
siklotron.
Partikel
bermuatan berupa proton ditembakkan dari siklotron ke dalam inti
oksigen-18 dan terbentuklah fluor-18 sambil melepaskan sebuah neutron.
Oksigen di alam memiliki kandungan isotop oksigen-18 sebanyak 0,20
persen. Sisanya berupa isotop oksigen-16 dan oksigen-17 dengan
kandungan masing-masing sebesar 99,76 persen dan 0,04 persen.
Karena
kandungan oksigen-18 di alam sangat kecil, maka untuk keperluan ini
diperlukan oksigen yang telah ditingkatkan kandungan isotop oksigen-18
di dalamnya. Peningkatan kandungan isotop oksigen-18 ini dapat
dilakukan sampai lebih dari 90 persen. Pada proses produksi fluor-18
ini, oksigen-18 digunakan dalam bentuk air(H2O).
Radioisotop
fluor-18 yang telah didapatkan digunakan untuk mensintesa 18FDG. Reaksi
"menempelkan" fluor-18 ini dikenal dengan reaksi penandaan (labelling).
Di beberapa negara yang telah menggunakan PET secara rutin seperti
Jepang, Amerika Serikat, dan Korea, reaksi penandaan ini dilakukan
menggunakan alat otomatis.
Pertimbangan
utama penggunaan alat otomatis ini adalah mempercepat waktu proses. Hal
ini dikarenakan fluor-18 memiliki waktu paruh, waktu yang diperlukan
untuk meluruh sehingga radioaktivitas tinggal separuhnya, yang pendek
kurang dari 2 jam (110 menit). Jadi, reaksi penandaan ini berpacu
dengan waktu. Jika proses ini terlalu lama, sebagian besar fluor-18
telah meluruh sehingga radioaktivitasnya akan berkurang jauh dari
radioaktivitas awal.
Setelah
18FDG selesai disiapkan, radiofarmaka tersebut segera disuntikkan ke
pasien. Jumlah yang disuntikkan antara 10 dan 20 milicurie, tergantung
keperluan, kondisi kamera, dan sebagainya. Di University of Iowa,
misalnya, secara rutin digunakan 18FDG sebanyak 10 milicurie untuk tiap
pasien guna mendeteksi metabolisme sel kanker.
Sebaran
fluor-18 di dalam tubuh dideteksi dengan memasukkan tubuh ke dalam
rangkaian detektor elektronik berbentuk melingkar. Dari hasil
pendeteksian ini dilakukan image reconstruction untuk mendapatkan
gambaran sebaran fluor-18 di dalam tubuh. Perangkat kamera PET biasanya
telah dilengkapi dengan program untuk keperluan ini sehingga hasil
image reconstruction dapat diperoleh dengan mudah.
Kamera
PET memiliki kejernihan citra yang lebih baik dibandingkan dengan
kamera gamma yang secara umum digunakan pada kedokteran nuklir. Hal ini
dikarenakan pendeteksiannya didasarkan pada coincidence detection.
Ketika positron dilepaskan dari fluor-18, partikel ini akan segera
bergabung dengan elektron dan terjadilah anihilasi.
Dari
anihilasi ini dihasilkan radiasi gelombang elektromagnetik dengan
energi sebesar 511 ke V dengan arah berlawanan (180 derajat). Adanya
dua buah photon yang dilepaskan secara bersamaan ini memungkinkannya
dilakukan coincidence detection. Pada coincidence detection ini, sinyal
yang ditangkap oleh detektor akan diolah jika dua buah sinyal diperoleh
secara bersamaan. Jika hanya satu buah sinyal yang ditangkap, sinyal
tersebut dianggap sebagai pengotor. Oleh karena itu, hampir seluruh
sinyal pengotor dapat dieliminasi dengan cara ini.
PET
hanyalah salah satu dari beberapa hasil terdepan pemanfaatan
radioisotop pada penanganan kanker. Berbagai aplikasi lain sedang
dikembangkan di laboratorium-laboratorium terkemuka di bidang ini.
Salah satu contohnya adalah pengembangan cancer seeking agent dengan
memanfaatkan metabolisme spesifik yang terjadi pada sel kanker.
Radioisotop-radioisotop
pemancar partikel seperti partikel alpha dan beta memiliki kemampuan
membunuh sel secara efektif dalam jarak dekat. Oleh karena itu,
pembunuhan sel-sel kanker secara efektif dapat dilakukan dengan
"memuatkan" radioisotop-radioisotop itu ke dalam cancer seeking agent.
Jadi, cancer seeking agent seperti layaknya peluru kendali yang secara
otomatis mencari sasaran yang telah ditetapkan dan radioisotop adalah
hulu ledak yang akan menghancurkan sasaran yang dituju.
Perkembangan
terkini menunjukkan bahwa pengembangan teknologi PET dan beberapa
aplikasi radioisotop yang lain pada penanganan kanker tidak lagi
terbatas pada lorong-lorong lembaga penelitian. Hasil pengembangan
teknologi ini telah merambah ke wilayah bisnis karena jasa kesehatan
yang ditawarkan memiliki nilai ekonomi yang tidak kecil.
Kunjungi juga : http://mymasdep.blogspot.com/