Anggaplah seseorang berada di tepi pantai dan sedang berada diposisi A. Kemudian pada posisi B di tempatkan sebuah mainan yang dapat terapung. Kemudian orang tersebut diminta untuk menyentuh mainan tersebut dalam waktu sesingkat mungkin. Maka orang tersebut akan melakukan dua macam aktivitas untuk sampai ke posisi B yaitu berlari lalu berenang. Namun ada banyak lintasan yang dapat ditempuh dari posisi A ke posisi B. Tiga di antaranya diberikan pada gambar. Pertanyaannya lintasan manakah yang tersingkat? Mungkin kita akan menjawab lintasan yang no 2, kenapa? Karena lintasan no 2 adalah lintasan yang terpendek. Betulkah lintasan yg terpendek sekaligus yang tersingkat?
Pertanyaan berikutnya , bagi seorang manusia normal , manakah yang lebih cepat berlari atau berenang? Jawabannya pasti berlari. Jadi ? Lintasan mana yang tersingkat? Masihkah kita menjawab lintasan no 2. Tentu saja yang benar adalah lintasan no.3. Karena lintasan no.3 lebih panjang jarak berlarinya dari yang lain sementara jarak berenangnya lebih pendek.
Tetapi, jika yang kita tempatkan di posisi A adalah seekor penyu, maka tentu lebih baik ia memilih lintasan no1 dari pada lintasan yang lain. Karena bagi penyu, ia lebih cepat berenang dari pada berlari.
Demikian pula cahaya, Allah telah menetapkan cahaya dalam perambatannya akan menempuh lintasan tersingkat. Prinsip ini dalam fisika dikenal dengan nama
Azas Fermat, yaitu cahaya dalam perjalananannya akan menempuh lintasan tersingkat. Tersingkat bukan berarti terpendek, demikian pula terpendek tidak sekaligus tersingkat. Seperti halnya jika kita berangkat dari rumah ke tempat kerja, untuk sampai sesingkat mungkin sudah tentu kita tidak memilih lintasan yang terpendek tapi kita harus berubah ubah arah agar sampai dengan sesingkat mungkin, meski dengan jarak yang lebih panjang. Betapa naifnya jika kita memaksa untuk menempuh lintasan yang terpendek. Ada banyak bangunan dan rumah yang mesti dibongkar untuk hal itu. Alih – alih sampai di tempat kerja, boleh jadi akan berakhir di balik tirai besi atau RS Jiwa...hehe.
Laju cahaya terbesar adalah saat berada di ruang hampa ( di udara sedikit lebih lambat) . Di situlah bagi cahaya sebagai medium yang paling renggang yang ditandai dengan indeks bias yang paling kecil yaitu 1 ( n=1). Semakin rapat medium itu secara optis (indeks bias semakin besar), maka semakin lambat cahaya merambat di dalamnya. Misalnya di air (n=4/3), laju cahaya berkurang menjadi 75% dari laju di ruang hampa. Di dalam kaca ( n = 1,5), laju cahaya tersisa 67%.
Jika cahaya datang dari medium udara ke medium air, maka cahaya akan menempuh lintasan seperti no 3. tetapi bila cahaya datang dari medium air ke medium udara, maka cahaya akan menempuh lintasan seperti no1. Inilah yang kita kenal di bangku sekolah sebagai hukum Snellius, yang sebenarnya pertama kali dikemukakan oleh Al Hasan.
Hukum
Snellius adalah Azas`Fermat untuk pembiasan cahaya. Namun Azas Fermat lebih luas dari pada itu. Ia juga berlaku untuk pemantulan cahaya.
Nikmat apa yang kita peroleh dengan ketetapan Allah yang dikenal dengan nama Azas Fermat ini? Kita dapat mengetahui bagaimana wajah dan tubuh kita dengan bantuan sebuah cermin datar. Kita dapat melihat kendaraan di belakang kita dengan bantuan sebuah cermin cembung (kaca spion). Ahli optik dapat membantu cacat penglihatan kita dengan sepasang kaca mata. Singkatnya semua radas optik, baik itu cermin, lensa, lup, proyektor, mikroskop, teleskop, dan seterusnya, bahkan mata kita pun berfungsi dengan baik karena azas Fermat ini.
Apa yang terjadi jika besok tanggal 2 Muharram 1432 H, Allah mengubah ketentuannya , dengan menjadikan cahaya dalam lintasannya menempuh lintasan terpendek? Maka semua lensa menjadi tak befungsi. Tak ada gunanya memakai kacamata, mikrosop jadi bahan rongsokan, teleskop menjadi penyempit ruang....bahkan kita tak dapat melihat apa – apa dengan mata kita. Padahal Allah tidak merusak mata kita, hanya mengubah sedikit sifat cahaya yaitu mengubah sifat penjalarannya....SubhanalLah !
Ada fakta yang menarik, bahwa meskipun semua cahaya memiliki kelajuan yang sama (indeks bias yang sama) di dalam medium hampa, namun memiliki indeks bias yang sedikit berbeda di medium yang lain. Indeks bias yang terbesar adalah cahaya ungu, sedangkan yang terkecil adalah cahaya merah. Ini berdampak meskipun awalnya mereka berkumpul sebagai cahaya putih, namun setelah terbias dalam medium, masing – masing warna akan menempuh lintasannya masing- masing agar diperoleh waktu sesingkat mungkin. Terjadilah pelangi yang indah....
Berapa banyak karya prosa dan puisi yang di dalamnya terdapat kata – kata refleksi, bias, cermin, pelangi, lensa, Namun ini tidak akan terjadi jika Allah menetapkan cahaya harus menempuh lintasan yang terpendek. Duniapun menjadi tak indah....Allahu Akbar
Hikmah
Dari beberapa bagian dari seri tulisan ini baik yang lalu(
http://www.facebook.com/note.php?note_id=160554743960123 dan
http://www.facebook.com/note.php?note_id=164034373612160 ), sekarang dan insya Allah yang akan datang ..kita tentu akan menemukan benang merah berupa sebuah hikmah.
Allah menurunkan dua macam iradah (kehendak) kepada kita yaitu iradah kauniyah dan iradah syar’iah. Iradah kauniyah adalah ketentuan Allah yang tidak bisa tolak. Kita tidak bisa memilih...Apa yang diuaraikan di atas dan catatan – catatan sebelumnya adalah termasuk iradah kauniyah. Benda yang terlepas dari tanga akan jatuh ; Burung terbang dengan sayapnya ; Tumbuhan memerlukan sinar matahari untuk berfotosintesis; Asam Khlorida dan Natrium hidroksida bergabung akan menjadi garam plus air; dan seterusnya ..semuanya adalah bentuk –bentuk iradah kauniyah.
Iradah syar’iah adalah petunjuk dari Allah dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Kita bebas memilih mau mengikuti atau menolaknya. Namun semua pilihan punya konsekuensi baik menolak maupun mengikutinya.
Sama halnya dengan iradah kauniyah - di mana semua iradah itu Allah ciptakan sebagai bentuk rahmat Allah kepada kita – iradah syar’iah pun sesungguhnya adalah bentuk kasih sayang Allah kepada kita. Sebagaimana halnya mobil dibuat tentu disertai petunjuk mengoperasikannya. Amat berbahaya jika mobil digunakan dengan menggunakan petunjuk operasional pesawat terbang. Apa jadinya jika tangki bensin mobil diisi dengan bahan bakar pesawat terbang? Sudah tentu pula petunjuk yang paling pas adalah petunjuk dari perusahaan yang memproduksi mobil itu sendiri....Demikianlah kita diciptakan oleh Allah, maka petunjuk yang paling tepat adalah petunjuk dari Allah
Jika untuk mengungkap hikmah dari iradah kauniyah membutuhkan ilmu dan perjalanan waktu, demikian pula dengan iradah syar’iah pun untuk mengungkap fadhilahnya dibutuhkan waktu. Boleh jadi dengan ilmu kita saat ini kita melihat syariat itu seperti menyusahkan kita, namun harus kita yakini bahwa semua itu adalah kasih sayang Allah kepada kita meski kita belum mengetahui hikmahnya
Iradah Allah berupa perintah sholat, zakat, puasa,haji ; memuliakan tetangga dan tamu, berbuat baik kepada orangtua, menutup aurat, menegakkan syuro; dan sebagainya; begitu juga larangan Allah untuk memakan harta anak yatim, mendekati zina, memakan riba, mencuri, membunuh dan seterusnya , yakinlah bahwa semua itu adalah rahmat Allah kepada kita.....
Pemahaman yang mendalam terhadap hal ini mengantarkan kita untuk selalu berperasangka baik (khusnus dzon ) kepada Allah apapun ketetapan yang diberikan oleh Allah kepada kita baik itu perintah, larangan, dan keadaan yang menimpa kita. Apa –apa yang telah ditetapkan oleh Allah kepada kita baik itu kondisi fisik, kecerdasan, kekayaan, keluarga, karir, lingkungan, peristiwa – peristiwa dan sebagainya yakinlah bahwa semua itu adalah yang terbaik untuk kita dan kita diminta untuk menyikapinya dengan mengikuti iradah syar’iah yang telah ditetapkan. Bukankah arti Islam adalah: taat, pasrah, dan selamat?
Sekali – kali Allah tidak pernah berbuat dzalim kepada kita... Kitalah yang sering mendzalimi diri sendiri (naudzubilLah mindzalik)
Mudah – mudahan kita semua diberi kekuatan oleh Allah untuk menjalani hari – hari ke depan dengan semakin baik......
” Allahumma.. .jangan Engkau biarkan kami berpikr, berucap, dan bertindak tanpa petnjukMu..Amiiin”
Bekasi 1 Muharram 1432 H/7 Desember 2010
menjelang Dhuhur
M Taufiq Tamam