Pernakah anda naik ke tempat yang tinggi dan melihat setengah bentangan lagit pada saat malam cerah?
Insya Allah kita dapat melihat sampai sekitar 5000 bintang dengan mata telanjang.
Jika kita perhatikan lebih seksama di antara bintang - bintang itu (lebih tepatnya titik - titik di langit), ada yang sangat terang, ada yang cukup terang, ada yang redup, bahkan sangat redup.
Jika kita memakai Teleskop Galileo berdiameter 10 cm, kemudian kita mengarahkan teleskop itu ke bintang yang paling redup menurut mata kita,
maka kita akan mendapatkan kenyataan..bahwa bintang yang tadi tidak lagi merupakan bintang yang paling redup. Ternyata ada bintang lain yang lebih redup darinya, yang saat melihat dengan mata telanjang ia tidak nampak
Lalu berapakah jumlah bintang yang dapat dilihat dengan bantuan teleskp galileo berdiameter 10 cm?
Insya Allah bisa terlihat pada setengah bentangan langit cerah sekitar 2 juta bintang.
Jika diameter teledkop diperbesar, maka semakin banyak bintang yang dapat terlihat.
Teleskop terbesaryang ada di permukaan bumi saat ini adalah Teleskop Hale yang berada di Mount Palomar AS. Diameternya 200 inch atau lebih dari 5 meter
Jadi jika malam hari kita memandang langit maka:
Satu titik tidak berarti satu bintang!
Mengapa demikian?
Karena cahaya sebagaimana halnya gelombang yang lain dapat mengalami difraksi (pelenturan)
Apa itu difraksi?
Difraksi (pelenturan) adalah perubahan arah gelombang ketika melewati rintangan atau celah yang sempit. Maksudnya?
Misalkan dihadapan kita ada hamparan air. Buatlah gelombang misalnya dengan memukulkan kayu yang panjang secara horizontal terhadap permukaan air secara berulang dan teratur. Anda akan melihat muka gelombang air yang merambat ke arah tertentu.
Bila kemudian pada jarak tertentu dari sumber gelombang tadi (kayu yang dipukulkan) di permukaan air diletakkan penghalang atau semacam tanggul namun diberi celah yang kecil?
Apa yang terjadi dengan arah muka gelombang air tadi?
Arahnya tidak lurus lagi tetapi akan berubah (seperti gambar)
Semakin kecil celah , maka semakin nampak gejala difraksi itu
Demikian pula yang terjadi dengan cahaya.
Cahaya yang melewati mata kita, teleskop, mikroskop dan alat optik yang lain mengalami difraksi.
Dampaknya adalah jika ada 2 atau lebih obyek yang berdekatan seringkali terlihat hanya satu titik ketika kita melihatnya pada jarak yang jauh. Misalkan di malam hari kita sering melihat bahwa lampu mobil hanya terlihat satu pada jarak yang jauh
Dengan adanya difraksi ini mata kita ternyata lemah. Bukan hanya mata kita tapi juga alat optik yang lain.
Semakin besar diamter alat optik, maka semakin besar kemampuan memisahkan obyek (daya pisah semakin besar).
Ini berarti semakin banyak obyek yang dapat dilihat dengan alat tersebut.
Seperti kita memotong roti dengan pisau tajam tentu lebih banyak hasilnya dibandingkan dengan memakai pisau tumpul
Lantas haruskah kita memprotes Allah , karena kelemahan yang ada pada mata kita itu yang menyebabkan kita tidak dapat melihat dengan jelas obyek – obyek yang ada?
Namun bagaimana saat ini ? Dengan tehnologi komputer dan printer yang makin canggih , kita akan mendapatkan hasil yang sangat bagus. Garisnya tidak lagi putus – putus…tapi kontinyu.
Apa memang demikian hakikatnya? Sesungguhnya tidak ! Sama saja tetap diskontinyu. Yang terjadi adalah titik – titik itu demikian rapatnya sehingga terlihat kontinyu padahal sesungguhnya masih diskontinyu.
Allah lah yang melemahkan mata kita melalui sunnatulLahNya berupa gejala difraksi cahaya sehingga kita tidak mampu melihat diskontinyuitas itu !
SUBHANALLAH!
Jika anda masih mengingat bagian pertama dari seri ini. Tiga meter di hadapan anda berdiri buah hati anda . Dia terlihat begitu cantik atau ganteng.(http://www.facebook.com/notes.php?drafts&id=100000084257858#!/note.php?note_id=160554743960123)
Masikah dia terlihat seperti itu jika Allah tidak melemahkan mata kita dengan fenomena antara lain difraksi cahaya?
Kita tahu bahwa wajah manusia terdiri dari beberapa organ. Dan organ tersusun atas beberapa sel, dengan sel - sel disusun atas molekul – molekul dan atom – atom.
Sesungguhnya selalu ada jarak di antara molekul – moleku dan atom – atom. Bahkan atom yang tersusun oleh inti atom dan elektron pun sesungguhnya terdapat ruang kosong yang mendominasi atom
Namun sekali lagi kita tak mampu melihat hakikat itu karena Allah melemahkan mata kita supaya dunia ini terlihat indah .
Untuk lebih memahamkan kita buat pemisalan seperti ini:
Lima buah batu berukuran agak besar kita jejerkan segaris dari kiri ke kanan dengan selang 5 cm antara batu yang berdekatan. Kemudian kita berdiri pada jarak 1 meter dari batu itu sehinga kita mudah memandang seluruh batu dengan sekali pandang tanpa menoleh ke kiri dan ke kanan. Apa yang terlihat? Apakah batu itu terlihat terpisah? Jawabnya ya!
Bagaimana jika jumlah batu itu ditambah sehingga menjadi berjumlah 900 juta milyar trilyun batu dengan tetap jarak antara batu yang berdekatan 5 cm dan segaris? Masihkah kita mampu melihat seluruh batu dengan sekali pandang tanpa perlu menoleh ke kiri dan ke kanan? Jawabnya tentu tidak, kita harus mundur sampai pada jarak tertentu sehingga kita mampu melihat secara keseluruhan batu tersebut dengan sekali pandang. Apa yang kita lihat setelah brada di posisi itu ? Kita akan mendapatkan kenyataan bahwa batu – batu itu terlihat menyatu seolah sebuah garis lurus yang kontinyu. Padahal kita sadar bahwa sesungguhnya jarak mereka tidak berubah tetap; 5 cm di antara batu yang berdekatan.
Demikianlah; jarak antar sel , antar molekul, antar atom jauh lebih kecil dari pada jarak batu – batu tersebut; bahkan jauh lebih kecil dari pada sehelai rambut yang dibelah tujuh. Inilah yang menyebabkan wajah mereka terlihat cantik dan ganteng.
Apa jadinya jika Allah menakdirkan besok mulai 30 september 2010 pukul 09:00 WIB, Allah mencabut kelemahan mata kita tersebut? Tiada lagi keindahan, tiada lagi kecantikan dan kegantengan....
Maka Nikmat Tuhanmu Yang Manakah Yang Kamu Dustakan?
FABIAYYI ALA IROBBIKUMA TUKADZDZIBAAN
(Q.S Ar Rohman : ada 31 ayat)
Bekasi 29 September 2010
M Taufiq Tamam
Insya Allah kita dapat melihat sampai sekitar 5000 bintang dengan mata telanjang.
Jika kita perhatikan lebih seksama di antara bintang - bintang itu (lebih tepatnya titik - titik di langit), ada yang sangat terang, ada yang cukup terang, ada yang redup, bahkan sangat redup.
Jika kita memakai Teleskop Galileo berdiameter 10 cm, kemudian kita mengarahkan teleskop itu ke bintang yang paling redup menurut mata kita,
Lalu berapakah jumlah bintang yang dapat dilihat dengan bantuan teleskp galileo berdiameter 10 cm?
Insya Allah bisa terlihat pada setengah bentangan langit cerah sekitar 2 juta bintang.
Jika diameter teledkop diperbesar, maka semakin banyak bintang yang dapat terlihat.
Teleskop terbesaryang ada di permukaan bumi saat ini adalah Teleskop Hale yang berada di Mount Palomar AS. Diameternya 200 inch atau lebih dari 5 meter
Jadi jika malam hari kita memandang langit maka:
Satu titik tidak berarti satu bintang!
Mengapa demikian?
Karena cahaya sebagaimana halnya gelombang yang lain dapat mengalami difraksi (pelenturan)
Apa itu difraksi?
Difraksi (pelenturan) adalah perubahan arah gelombang ketika melewati rintangan atau celah yang sempit. Maksudnya?
Misalkan dihadapan kita ada hamparan air. Buatlah gelombang misalnya dengan memukulkan kayu yang panjang secara horizontal terhadap permukaan air secara berulang dan teratur. Anda akan melihat muka gelombang air yang merambat ke arah tertentu.
Bila kemudian pada jarak tertentu dari sumber gelombang tadi (kayu yang dipukulkan) di permukaan air diletakkan penghalang atau semacam tanggul namun diberi celah yang kecil?
Apa yang terjadi dengan arah muka gelombang air tadi?
Arahnya tidak lurus lagi tetapi akan berubah (seperti gambar)
Inilah yang disebut difraksi.
Semakin kecil celah , maka semakin nampak gejala difraksi itu
Demikian pula yang terjadi dengan cahaya.
Cahaya yang melewati mata kita, teleskop, mikroskop dan alat optik yang lain mengalami difraksi.
Dampaknya adalah jika ada 2 atau lebih obyek yang berdekatan seringkali terlihat hanya satu titik ketika kita melihatnya pada jarak yang jauh. Misalkan di malam hari kita sering melihat bahwa lampu mobil hanya terlihat satu pada jarak yang jauh
Dengan adanya difraksi ini mata kita ternyata lemah. Bukan hanya mata kita tapi juga alat optik yang lain.
Semakin besar diamter alat optik, maka semakin besar kemampuan memisahkan obyek (daya pisah semakin besar).
Ini berarti semakin banyak obyek yang dapat dilihat dengan alat tersebut.
Seperti kita memotong roti dengan pisau tajam tentu lebih banyak hasilnya dibandingkan dengan memakai pisau tumpul
Lantas haruskah kita memprotes Allah , karena kelemahan yang ada pada mata kita itu yang menyebabkan kita tidak dapat melihat dengan jelas obyek – obyek yang ada?
Masih ingatkah kita hasil print out dari komputer dan printer 15 – atau 20 tahun yang lalu? Bagaimana hasilnya untuk sebuah gambar rumah misalnya? Kita mendapatkan gambar rumah yang terdiri dari garis putus – putus… yang tentu saja ini tidak indah.
Namun bagaimana saat ini ? Dengan tehnologi komputer dan printer yang makin canggih , kita akan mendapatkan hasil yang sangat bagus. Garisnya tidak lagi putus – putus…tapi kontinyu.
Apa memang demikian hakikatnya? Sesungguhnya tidak ! Sama saja tetap diskontinyu. Yang terjadi adalah titik – titik itu demikian rapatnya sehingga terlihat kontinyu padahal sesungguhnya masih diskontinyu.
Allah lah yang melemahkan mata kita melalui sunnatulLahNya berupa gejala difraksi cahaya sehingga kita tidak mampu melihat diskontinyuitas itu !
SUBHANALLAH!
Jika anda masih mengingat bagian pertama dari seri ini. Tiga meter di hadapan anda berdiri buah hati anda . Dia terlihat begitu cantik atau ganteng.(http://www.facebook.com/notes.php?drafts&id=100000084257858#!/note.php?note_id=160554743960123)
Masikah dia terlihat seperti itu jika Allah tidak melemahkan mata kita dengan fenomena antara lain difraksi cahaya?
Kita tahu bahwa wajah manusia terdiri dari beberapa organ. Dan organ tersusun atas beberapa sel, dengan sel - sel disusun atas molekul – molekul dan atom – atom.
Sesungguhnya selalu ada jarak di antara molekul – moleku dan atom – atom. Bahkan atom yang tersusun oleh inti atom dan elektron pun sesungguhnya terdapat ruang kosong yang mendominasi atom
Namun sekali lagi kita tak mampu melihat hakikat itu karena Allah melemahkan mata kita supaya dunia ini terlihat indah .
Untuk lebih memahamkan kita buat pemisalan seperti ini:
Lima buah batu berukuran agak besar kita jejerkan segaris dari kiri ke kanan dengan selang 5 cm antara batu yang berdekatan. Kemudian kita berdiri pada jarak 1 meter dari batu itu sehinga kita mudah memandang seluruh batu dengan sekali pandang tanpa menoleh ke kiri dan ke kanan. Apa yang terlihat? Apakah batu itu terlihat terpisah? Jawabnya ya!
Bagaimana jika jumlah batu itu ditambah sehingga menjadi berjumlah 900 juta milyar trilyun batu dengan tetap jarak antara batu yang berdekatan 5 cm dan segaris? Masihkah kita mampu melihat seluruh batu dengan sekali pandang tanpa perlu menoleh ke kiri dan ke kanan? Jawabnya tentu tidak, kita harus mundur sampai pada jarak tertentu sehingga kita mampu melihat secara keseluruhan batu tersebut dengan sekali pandang. Apa yang kita lihat setelah brada di posisi itu ? Kita akan mendapatkan kenyataan bahwa batu – batu itu terlihat menyatu seolah sebuah garis lurus yang kontinyu. Padahal kita sadar bahwa sesungguhnya jarak mereka tidak berubah tetap; 5 cm di antara batu yang berdekatan.
Demikianlah; jarak antar sel , antar molekul, antar atom jauh lebih kecil dari pada jarak batu – batu tersebut; bahkan jauh lebih kecil dari pada sehelai rambut yang dibelah tujuh. Inilah yang menyebabkan wajah mereka terlihat cantik dan ganteng.
Apa jadinya jika Allah menakdirkan besok mulai 30 september 2010 pukul 09:00 WIB, Allah mencabut kelemahan mata kita tersebut? Tiada lagi keindahan, tiada lagi kecantikan dan kegantengan....
Maka Nikmat Tuhanmu Yang Manakah Yang Kamu Dustakan?
FABIAYYI ALA IROBBIKUMA TUKADZDZIBAAN
(Q.S Ar Rohman : ada 31 ayat)
Bekasi 29 September 2010
M Taufiq Tamam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar